Bupati dan Wakil Bupati Klaten Ajak Seluruh Stakeholder Keroyok Stunting di Kabupaten Klaten
Dalam rangka mensukseskan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana dan Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Klaten, maka DISSOSP3APPKB Kabupaten Klaten menyelenggarakan Kegiatan Evaluasi TPPS Tingkat Kabupaten Klaten Tahun 2025 dan Rencana Kegiatan TPPS Tahun 2026. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Grand Tjokro Hotel Klaten, Selasa (25/11/2025).
Dalam rangka mensukseskan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana dan Program Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Klaten, maka DISSOSP3APPKB Kabupaten Klaten menyelenggarakan Kegiatan Evaluasi TPPS Tingkat Kabupaten Klaten Tahun 2025 dan Rencana Kegiatan TPPS Tahun 2026. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Grand Tjokro Hotel Klaten, Selasa (25/11/2025).
Kepala Dissosp3appkb Kabupaten Klaten, Puspo Enggar Hastuti, dalam laporannya menyampaikan bahwa evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana intervensi TPPS terhadap kelompok sasaran, efektivitas percepatan penanganan stunting, serta berbagai aspek pendukung lainnya.
Ia menyampaikan bahwa kondisi prevalensi stunting di Kabupaten Klaten menunjukkan tren perbaikan. Kecamatan dengan prevalensi stunting terendah adalah Jogonalan (9,04%) sedangkan kecamatan dengan prevalensi tertinggi adalah Bayat (19,72%). Pada tahun 2024 prevalensi stunting Kabupaten Klaten tercatat sebesar 20,8%, dan pada tahun 2025 mengalami penurunan.
“Ini menjadi bukti bahwa intervensi mulai memberikan hasil, meskipun tentunya masih harus terus kita perkuat,” ujar Puspo.
Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, dalam arahannya menegaskan bahwa program penurunan angka stunting bukan hanya prioritas Kabupaten Klaten, tetapi juga merupakan program prioritas nasional.
“Stunting itu bukan sekadar urusan tinggi badan atau kondisi fisik. Ini tentang bagaimana kita mempersiapkan generasi ke depan agar benar-benar siap menjadi generasi emas yang mampu membawa Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Mas Hamenang menekankan berbagai faktor penyebab stunting yang perlu menjadi perhatian bersama, antara lain kekurangan berat badan, asupan makanan yang tidak memadai, kondisi kesehatan, ketahanan pangan, akses terhadap pangan bergizi, hingga lingkungan sosial. Salah satu masalah yang kini meresahkan adalah meningkatnya kasus anemia pada remaja.
Lebih lanjut, Mas Hamenang menambahkan bahwa penanganan stunting tidak dapat diselesaikan secara instan.
“Angka stunting kita hari ini masih dua digit. Ini harus menjadi perhatian bersama. Stunting tidak bisa diturunkan dengan cepat,” tegasnya.
Mas Hamenang juga mengajak seluruh elemen untuk terus memperkuat kolaborasi lintas sektor dari hulu ke hilir, mulai dari pemerintah desa, pemangku wilayah, tenaga kesehatan, hingga kader di lapangan.
“Kalau kita keroyok bareng-bareng, saya yakin penurunan angka stunting bisa lebih maksimal,” pungkasnya.
Di kesempatan yang sama, Wakil Bupati Klaten, Benny Indra Ardhianto juga menyampaikan permasalahan stunting memang menjadi masalah serius yang perlu adanya intervensi secara mendalam.
“Permasalahan stunting ini perlu adanya berbagai intervensi agar bisa turun. Misalnya Intervensi Spesifik yaitu langsung pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak Usia 0-23 bulan. Bisa dengan Pemeriksaan kehamilan, Suplementasi tablet tambah darah, Pemberian ASI eksklusif, Pemberian vitamin dan Pemantauan tumbuh kembang. Serta bisa juga intervensi sensitif yakni peningkatan kualitas hidup keluarga yang tidak langsung berkaitan dengan gizi,” ungkapnya.
Mas Benny juga meminta penguatan proses TPPS di semua jenjang agar berfungsi optimal dalam mengoordinasikan, menyinergikan dan mengevaluasi penyelenggaraan percepatan penurunan stunting secara efektif dan konvergen dengan melibatkan multi pihak dan multi sektor.
(Dokumentasi Pimpinan Bagian Prokopim Setda Kabupaten Klaten)
Dokumentasi/Foto lainnya :
↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Click Here To See More
What's Your Reaction?